Industri manufaktur Indonesia telah menjadi salah satu sektor yang sangat bergantung pada peran barang tambang aluminium. Aluminium merupakan logam yang memiliki berbagai keunggulan, seperti ringan, tahan karat, dan mudah dibentuk. Karena itulah, aluminium banyak digunakan dalam berbagai produk manufaktur, mulai dari kendaraan bermotor, pesawat terbang, hingga konstruksi bangunan.
Menurut Dr. Ir. Bambang Setiawan, M.Eng., seorang pakar industri manufaktur dari Institut Teknologi Bandung (ITB), “Peran barang tambang aluminium dalam industri manufaktur Indonesia sangat vital. Ketergantungan kita pada impor aluminium harus dikurangi dengan meningkatkan produksi dalam negeri.”
Pemerintah Indonesia sendiri telah menyadari pentingnya pengembangan industri aluminium dalam negeri. Hal ini terbukti dengan adanya program-program dukungan seperti insentif pajak dan pembebasan bea masuk untuk mesin dan peralatan produksi aluminium. Dengan demikian, diharapkan industri manufaktur Indonesia dapat semakin mandiri dalam memenuhi kebutuhan aluminium.
Namun, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan industri aluminium adalah ketersediaan bahan baku yang terbatas. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan bauksit, bahan baku utama aluminium, di Indonesia terus menurun. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya untuk mencari sumber bahan baku alternatif atau meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku.
Dalam upaya mengatasi masalah tersebut, Kerjasama antara pemerintah, industri, dan akademisi sangat diperlukan. Dr. Ir. Bambang Setiawan, M.Eng., menambahkan, “Kolaborasi antar pemangku kepentingan akan membantu dalam mencari solusi jangka panjang untuk pengembangan industri aluminium di Indonesia.”
Dengan memahami peran barang tambang aluminium dalam industri manufaktur Indonesia, diharapkan kita dapat terus mengembangkan potensi industri aluminium dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor. Sehingga, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam industri manufaktur di tingkat global.